Selasa, 11 Agustus 2020

Memaknai Perjalanan Menyusun Skripsi


 Bismillahirrahmanirrahim...


Pernah dengar slogan bahwa skripsi yang baik ialah skripsi yang selesai? 

Tepat sekali. Dan, Alhamdulillah aku mampu menyelesaikannya dengan nilai akhir yang cukup membuatku menangis haru. Aku bersyukur sekali bisa lulus tepat waktu di tengah pandemi ini. Sempat berulangkali berpikir bahwa ini sulit, sepertinya akan nambah 1 semester, dan lain sebagainya pikiran-pikiran jahat bin negatif terus menghantui. Tapi, lagi-lagi aku tersadar. Percayalah pada ketetapan Allah, dan janji Allah bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan dan kemudahan. Yang mempersulit yaa diri kita dan pikiran kita sendiri hehe.

Diawali dari pemilihan judul yang membuatku harus memutar otak saking banyaknya judul di kepala yang ingin kuajukan pada dosen pembimbingku yang bak ibu peri bagiku. Karena kalau melihat senyumnya, rasanya semuanya bisa dan mungkin kulalui. Singkat cerita, di penghujung tahun 2019 aku meniatkan untuk menghadiri majelis ilmu di suatu daerah yang membahas mengenai pola hidup sehat ala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Waktu itu, aku tidak terpikirkan bahwa ini akan menjadi topik skripsi aku kedepannya hihi. Alhamdulillah, satu lagi kemudahan yang Allah tunjukkan padaku waktu itu. Meskipun aku sedikit lupa nama Ustadz yang waktu itu mengisi kajiannya, namun semoga Allah selalu melimpahi keberkahan dan kesehatan kepada beliau. Aamiin.

Enam bulan lebih rasanya aku berkutat dengan per-skripsi-an ini. Manis, asam, pahitnya perjalanan sampai ke titik akhir masih terasa denyutnya sampai saat ini. Sampai saat aku menuliskan ini, rasanya masih ada. Untuk orang yang sensitif sepertiku, sepucuk balasan senyum dan ungkapan semangat dari dosen pembimbing rasanya sangat berharga sekali. Tak jarang pipi ini selalu basah karena air mata yang tidak lagi sanggup aku bendung saking senangnya. Apalagi saat detik-detik terakhir skripsiku di akhirnya di acc untuk maju sidang, setelah dideru drama terlebih dahulu. Namun, akhirnya semua itu terlewati juga. Belum lagi, proses pengambilan data yang tidak mudah, hehe. Tidak perlu kujelaskan seperti apa. Memang akunya suka mempersulit diri. Padahal ada pilihan lain yang bisa diambil :) Akan tetapi, aku selalu percaya bahwa aku masih bisa melakukan yang terbaik selama aku mau berusaha lebih keras. Menyerah bukan prinsip hidup aku dan tidak boleh ada dalam kamus hidupku. Begitu sampai pada waktunya sidang akhir, aku hanya mengharapkan yang terbaik dari Allah. Dan, oiya. 1 jam sebelum sidang dimulai ansietas ku sempat meningkat signifikan. Tekanan darah, denyut jantung makin tidak karuan haha. Aku tahu karena aku mengeceknya sendiri sebelum sidang mulai :D. Namun, 30 menit menuju sidang online itu tidak ada yang aku lakukan, selain berdoa dan zikir sebanyak-banyaknya. Karena, cuman dengan mengingat Allah rasanya menjadi lebih tenang. Saat sidang dimulai aku juga takjub, ternyata salah satu penguji ku masih dijalan. Alhasil penguji satunya yang  memulai memulai memberikan pertanyaan terlebih dahulu. Tiba di pengujiku yang kedua, ternyata beliau lebih banyak memberikan advice yang membangun. Padahal kuyakin skripsiku banyak sekali kurang dan keterbatasannya. Aku juga telah siap mental jika sewaktu-waktu komentar negatif yang kudapatkan kala sidang. Namun, ternyata aku keliru. Justru, komentar positif dan pertanyaan-pertanyaan penguji lebih banyak yang membangun yang aku dapatkan. Terima kasih kuucapkan kepada 2 pengujiku yang sangat baik dan menginspirasi, wabilkhusus dosen pembimbingku yang tidak akan pernah kulupakan kebaikannya. Mungkin beliau tidak akan membaca ini, tapi kuharap ilmu yang kudapatkan dari beliau2 dapat aku implementasikan di masa depan. Semangat mewujudkan impian! Dan, jangan lupa selalu libatkan Allah dalam setiap perwujudan mimpi-mimpimu :) Bismillah..

Depok, 11 Agustus 2020

AN~

0 komentar:

Posting Komentar