Senin, 24 Desember 2018

Tak Harus Sama

        Tiupan angin yang lembut menggerakkan tumbuhan kemangi yang menghijaumasih basah dengan embun pagi semenit yang lalumengantarkan semerbak wanginya ke dalam rongga nasal. Di tengah kondisi somnolen ini, ku dongakkan kepala sedikit agar masih sanggup setidaknya mengetikkan sepatah dua kata pada ruang literasi yang sudah lama tidak pernah kusinggahi. 

        Kehidupan saat ini. Seringkali aku menyaksikan banyak fenomena manusia dengan berbagai karakter dan kepribadian. Disinilah kemampuan instingku sedikit bekerja. Memperhatikan kebiasaan orang, menerka apa yang mereka lakukan, dan akankah aku juga bakal melakukan hal yang sama jika aku menjadi mereka. Tidak semuanya menarik. Mengapa? Karena setiap orang punya dunianya sendiri. Punya kepentingannya sendiri. Tidak selayaknya jika kita berusaha masuk dan mengintervensi kebiasaan yang mereka lakukan. 

           Namun, jika menelisik lebih dalam, apakah pernah sesekali kau membayangkan, bagaimana rasanya jika hanya menjadi "biasa saja" dengan yang "tidak biasa". Biasa saja, maksudnya tidak ada hal yang istimewa yang bisa dibanggakan atau bahkan tidak ada yang menarik dari apa yang kau lakukan. Jika memilih menjadi orang yang "biasa saja" maka tidak ada yang bisa membuatmu berbeda dengan orang kebanyakan. Oleh karenanya, jadilah orang yang "tidak biasa". Entah sejak kapan, kata-kata tersebut mulai ku indahkan. Yang pasti, menjadi berbeda bukanlah hal yang aneh, bukan juga hal yang buruk. Menjadi berbeda mengajarkan kau banyak hal dalam hidup ini. Orang mungkin akan lebih mudah mengenal dirimu dari apa yang kau lakukan, apa yang kau berikan, dan apa yang menjadi ciri khas dirimu yang selalu kau tampilkan acap kali bertemu mereka. Maka, pilihan hidup itu tak harus sama. Berbeda terkadang lebih indah jika kau mampu merasakannya. 

(Bukan Siapa-Siapa, Hanya Setitik Awan Kecil di Langit)