Dia Bagai Angin ( Asli/ Milik blog4Teens )
Hai, sahabat
blog4Teens….
Gak salah kan
kalo kali ini kita mau bagi – bagi
cerpen . Pada
kali ini, Judul Cerpennya adalah “Dia
Bagai
Angin “. Kalian tahu gak apa maksudnya??
Nah, daripada
kebanyakan mikir nyari jawabannya
paling juga kalian pada malas jawabnya.
So, langsung saja bisa disimak selengkapnya.
à
Chekidots… !!
Dia Bagai Angin ~ Blog4Teens
Suasana hangatnya senja bertabur dengan kedamaian
suasana rumah terasa nyaman sekali. Duduk di tengah keluarga yang harmonis
sambil menyantap cemilan sore dan teh hangat rasanya cukup mengasikkan. Apalagi
kakak, gak bakal tahan kalo di depannya udah ada biscuit cokelat, teh, dan tv. Lengkap
deh.
Habis yang aku lihat, akhir – akhir
ini kakak sering murung. Apa ada tugas kuliah yang belum selesai?
ataumungkin
juga memang perasaanku saja. Namun, hari ini kakak tampak berbeda.
Sedikit lebih terbuka dari biasanya.
Sedikit lebih terbuka dari biasanya.
“Mmm.. Mah,
Dara boleh Tanya sesuatu gak??? “ Tanyaku pada mama.
(sedikit
menaikkan alis) “Tanya apa sih, Dara. Tanya aja. Insya Allah, mama bisa jawab.
“
“Hmm… begini,
ma. Kan minggu depan, Dara masuk sekolah baru nih.
Kok Dara belum dikasih hadiah apa – apa ya? Apa gitu ma, kado spesial buat Dara. “
Ucap dara memohon.
Kok Dara belum dikasih hadiah apa – apa ya? Apa gitu ma, kado spesial buat Dara. “
Ucap dara memohon.
“Aduh, anak
mama. Minta hadiah apa sih. “
“Apa aja. Kalo
bilangnya sekarang nanti gak surprise lagi donk. “
“Ya.. ya..
boleh saja. Nanti mama usahakan ya, Nak. “ Ujar mama tersenyum.
“Horee… asik
banget nih. Dara tunggu ya, ma. Dara ke kamar dulu ya. “ (berdiri dan masuk
kamar)
“ Iya, sana. “.
“ Semua yang
dia mau pasti selalu diiyakan. “ Ucap Kak Nayla dalam hati.
Pagi yang
indah. Saatnya aku gunakan untuk menghirup udara segar di taman
rumah. Atau ku
keluar dan menyapa mentari sambil duduk di bangku taman, dan menyapa
orang yang
sedang olahraga? Mungkin bisa. Langsung ku berlari dan mewujudkan anganku.
Hmm.. sunyi.
Tiada seorang pun yang berlalu lalang. Padahal, kan. Ini hari minggu.
Seharusnya kan ramai.
Tapi lihat saja di sekelilingku. Hanya ada burung –
burung kecil yang berkicau serta angin yang berhembus.
Tiada siapa-siapa. Hanya
aku dan mentari.
Ketika ku
menjauh, baru ku mendengar sebuah panggilan. Panggilan itu mengarah padaku.
“Hei, apa kau
mendengarku? Hei.. yang disana. “ Seru seorang pemuda berbaju rapi berambut ala
Dude
Harlino dengan sepatu OR-nya.
Aku pun menoleh
ke belakang. Astaga, ini benar terjadi. Dia memanggilku begitu lembutnya. Aaa….
Lalu ku
jawab saja ‘iya’ dan langsung menghampirinya.
“Iya, ada apa
ya? Sepertinya kau memanggilku?” Tanyaku sedikit kaku.
“ Begini,
apakah ini milikmu? Aku menemukannya di bangku taman tadi.
Namun, kukira tidak ada siapa – siapa, ya kupanggil saja dirimu. “ Ucapnya sambil menyodorkan buku novelku.
Namun, kukira tidak ada siapa – siapa, ya kupanggil saja dirimu. “ Ucapnya sambil menyodorkan buku novelku.
“Hah, ucapannya
membunuh.” Ucapku dalam hati. “Iya, memang ini milikku. Terima kasih. “ Kataku
sedikit
ketus.
“Kenapa? Apakah
kau marah padaku? Apa perkataanku kurang layak? Jawablah. “
“Tidak, tidak
apa-apa. “
“Syukurlah.
Hei, kenalkan aku Rayhan. Namamu? “ Tanyanya lagi padaku.
“Aku, aku Dara.
“
“Ohh, Dara.
Nice to meet you. “
“Nice to meet
you too. Aku back to home dulu, ya. Sudah siang. “
“Iya, silahkan.
Hmm.. rumahmu dimana?” Ia sedikit mencegah.
“Di balik
bukit. Perumahan terpojok. Warna biru. “
“Ohh… kapan –
kapan aku kesana ya?”
“Mau ngapain?”
“Main atau
sekedar kunjungan. Boleh kan? “
“Jangan! Di
rumahku ramai. “
“Jadi, gak boleh ya. Ya sudah, kita ketemu minggu
depan disini lagi ya. Bye… “ Katanya tersenyum sambil melangkah pergi.
Hhh. Memang
siapa dia. Membuat janji tanpa persetujuanku. Gila.
Lebih baik aku
pulang saja. Oh iya, bukuku. Jangan sampai dia balik lagi dan memberikan ini
padaku.
Malam tiba
juga. Sunyi seperti biasa. Ramai? Aku juga ingin rumahku ramai. Habis setiap
hari yang ada di
rumah cuma Mama, Aku, dan Kak Nayla. Sepi memang. Namun, ku
usahakan membuat rumah ini menjadi
sedikit berwarna. Mungkin, besok saja
kufikirkan lagi. Sekarang waktunya aku terlelap dan bermimpi agar
esok hari
bahagia. Begitulah doaku setiap malam.
Malam semua.
Kututup mataku, dan siap terlelap. Klik.
Kukuruyukk…
Waw, sudah
pagi. Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan aku waktu dan nafas sehingga aku
masih bisa
bangun dari tidurku. Terima kasih Tuhan. Alhamdulillah…
Bersyukur
adalah hal yang harus pertama kali dilakukan setiap kali bangun tidur. Karena,
dari situlah bisa
kita ketahui seberapa besar nikmat Tuhan yang telah Dia
berikan pada kita. Berjuta – juta uang dan harta
takkan mampu mengalahkan
kuasa-Nya. Subhanallah….
Kugerak –
gerakkan badan agar tidak kaku. Kulihat sekeliling rumah dan berpaling lagi.
Kudengar kakak
memanggilku dari dalam. Jadi, aku masuk saja ke rumah.
“Iya, ada apa,
kak. Kakak panggil aku, kan. “ Ucapku sambil duduk di meja makan.
“Iya, tadi
kakak panggil kamu. Kamu bisa bantu kakak nggak? “ Tanya kakak sambil
mengangkat oven.
“Bantu apa?
Hmm… tunggu sebentar ya, aku tebak. Ha! Kakak bikin kue kan? Jangan – jangan
brownies
lagi. Ya udah, aku Bantu dech. “
“Heh, bisa aja.
Ya udah, jangan banyak cakap. Bantuin saja, cepat. “
“Beres, yang
ini taruh mana kak? “
“Yang itu
biarkan dulu di meja, biar kakak yang masukin ke oven. Sementara itu tolong
kamu aduk dulu
cokelatnya biar nggak jadi keras. “
“Oke, dech.”
3 jam lebih aku
dan kakak mengaduk – aduk kue bikinan kita. Dan akhirnya tinggal nunggu aja nih
matangnya kapan. Siip. Sambil menunggu,
lebih baik aku main keluar. Duduk di atas bukit juga asik.
Sambil melihat
pemandangan sekitar. Tapi, tunggu dulu. Sepertinya, ada sesuatu di balik semak
itu. Ada apa
ya? Tanyaku heran.
“Hei, siapa yang
disana?” Ucapku.
“Tara! Ini aku,
Rayhan. Kaget, ya. “
“Astaga,
ngapain kamu disini? Kan kita ketemu di taman bukan disini.
Kita ketemu kan
minggu, bukan sekarang tau. Mendingan sekarang
kamu balik daripada, aku panggil
keluargaku di rumah. Kan sekarang
lagi ada arisan tahu. “
“Arisan?
Bukannya kalau arisan tuh biasanya hari minggu ya, kenapa hari
senin?”
“Ihh, ini tuh
gara – gara hari liburan. Jadi biar arisannya nggak ganggu sekolah. Huft. Lebih
baik kamu pergi
saja dech. Ya, aku mohon. “
“Ya, tapi kan
aku jauh – jauh kesini cuma…. “ belum selesai sudah dipotong.
“ Cuma mau
ganggu orang doank, kan. Ya udah kamu pulang aja. Dan kita ketemu hari minggu.
Bye… “
Usirku dengan halus.
“Ya udah, deh.
Kalo aku udah ganggu kamu. Sampai jumpa lagi ya.. “ Ujarnya pergi dan menjauh.
“Iya, hari
minggu. Huft. Dasar, nggak tahu apa ya, orang lagi bingung. Dan Cuma mau
sendiri. “
Hari sudah
mulai panas. Arisan? Memangnya disini ada arisan? Yang ada mah, anak-anak lari
dari barisan.
Hehehe….
Kubereskan
segala aktivitasku di hari ini. Rapihkan rumah, Bantu kakak, menyapa Mama, dan
bersiap
menutup senja. Membuka malam yang kelam. Angan yang ku terbangkan
semoga bisa terkabul. Masuk di
hari pertama sekolah dengan senyum yang indah
dan kebahagiaan. Hadiah? Ya, sudah pasti akan kutagih
sampai hari minggu.
Dan ku
lanjutkan hari selasa, rabu, kamis, jum’at, dan sabtu….
Tak terasa ya,
sudah hari minggu. Besok aku masuk sekolah. Saatnya menagih janjiku. Dan….
Untuk
pertemuan kaliku dengan Rayhan. Wah, kenapa aku jadi tidak sabar menunggu,
ya? Ada apa ini?
Oke, pagi ini
akan ku habiskan di taman . Mungkin, aku bisa bertemu dengannya disana lagi.
Aku sudah menunggu dan
duduk disini. Tak kulupa juga, novel yang waktu itu aku bawa.
Kulihat
sekitarku. Masih sepi. Kutengok lagi, sama saja. Kemana dia? Apa dia marah ya,
aku bentak-
bentak kemarin. Aduh, aku sih terlalu galak padanya. Dia memang
sensitive.
Ya sudah, kuputuskan untuk berkeliling
sebentar.
Tunggu dulu, aku melihat sesuatu. Kertas? Sebuah kertas
putih di atas
ranting pohon. Apakah aku ambil? Tapi, kalau ini punya orang ,bagaimana? Hmm..
fikir – fikir
dulu. Ya udah, karna tidak ada seorangpun disana, akhirnya aku
ambil saja selembar kertas itu. Dan, kreks..
kubaca perlahan.
“Rayhan? Aku nggak nyangka kamu begitu peduli padaku. Hiks..
padahal kan kita baru kenal. Tapi, kau begitu…. Maafkan aku, Rayhan. Kemarin,
aku benar2 nggak tahu diri. Sekarang kamu sudah tak ada disini, mengapa baru
sekarang aku menyesal? Rayhann… “
Teriakku sambil memanggil namanya.
Dia pergi begitu cepat. Seperti angin yang berhembus pelan,
menghampiri diriku, merasuk lembut, namun perlahan hilang, dan terbang kembali
ke asalnya. Kenapa dia bagai angin?
Aku belum sempat bermain dengannya, mengenalnya lebih jauh.
Namun, sudah terlambat.
Hanya satu yang tertinggal, hadiah. Hadiah apa ya? Kubuka
perlahan.
“Haa.. apa ini? Kalung? “ Setelah kubuka, tertera nama Dara
& Rayhan. Ups… so sweetnya.
Namun, apa gunanya semua ini kalau dia juga tak ada disini.
Semua tinggal kenangan.
By : Blog4Teens
No Copas yaa... Kalo mau bisa dishare aja. :)
0 komentar:
Posting Komentar