Minggu, 30 Juni 2013

Terbaru : Cerpen Spesial ~ Dia Bagai Angin


Dia Bagai Angin      ( Asli/ Milik blog4Teens )


Hai, sahabat blog4Teens….
Gak salah kan kalo kali ini kita mau bagi – bagi
cerpen . Pada kali ini, Judul Cerpennya adalah “Dia 
Bagai Angin “. Kalian tahu gak apa maksudnya??
Nah, daripada kebanyakan mikir nyari jawabannya
paling juga kalian pada malas jawabnya.

So, langsung saja bisa disimak selengkapnya.
à Chekidots… !!
 


 Dia Bagai Angin ~ Blog4Teens

Suasana hangatnya senja bertabur dengan kedamaian suasana rumah terasa nyaman sekali. Duduk di tengah keluarga yang harmonis sambil menyantap cemilan sore dan teh hangat rasanya cukup mengasikkan. Apalagi kakak, gak bakal tahan kalo di depannya udah ada biscuit cokelat, teh, dan tv. Lengkap deh.

Habis yang aku lihat, akhir – akhir ini kakak sering murung. Apa ada tugas kuliah yang belum selesai?
ataumungkin juga memang perasaanku saja. Namun, hari ini kakak tampak berbeda.
Sedikit lebih terbuka dari biasanya.

“Mmm.. Mah, Dara boleh Tanya sesuatu gak??? “ Tanyaku pada mama.
(sedikit menaikkan alis) “Tanya apa sih, Dara. Tanya aja. Insya Allah, mama bisa jawab. “
“Hmm… begini, ma. Kan minggu depan, Dara masuk sekolah baru nih.
 Kok Dara belum dikasih hadiah apa – apa ya? Apa gitu ma, kado spesial buat Dara. “
Ucap dara memohon.
“Aduh, anak mama. Minta hadiah apa sih. “
“Apa aja. Kalo bilangnya sekarang nanti gak surprise lagi donk. “
“Ya.. ya.. boleh saja. Nanti mama usahakan ya, Nak. “ Ujar mama tersenyum.
“Horee… asik banget nih. Dara tunggu ya, ma. Dara ke kamar dulu ya. “ (berdiri dan masuk kamar)
“ Iya, sana. “.
“ Semua yang dia mau pasti selalu diiyakan. “ Ucap Kak Nayla dalam hati. 
 
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Pagi yang indah. Saatnya aku gunakan untuk menghirup udara segar di taman 
rumah. Atau ku keluar dan menyapa mentari sambil duduk di bangku taman, dan menyapa 
orang yang sedang olahraga? Mungkin bisa. Langsung ku berlari dan mewujudkan anganku.

Hmm.. sunyi. Tiada seorang pun yang berlalu lalang. Padahal, kan. Ini hari minggu. Seharusnya kan ramai. 
Tapi lihat saja di sekelilingku. Hanya ada burung – burung kecil yang berkicau serta angin yang berhembus. 
Tiada siapa-siapa. Hanya aku dan mentari.

Namun, ketika aku berfikir untuk pergi dari sana, justru seseorang datang dan melewatiku. Tanpa sapa atau senyum. Tapi, tak ku herankan. Memang aku tidak mengenalinya.


Ketika ku menjauh, baru ku mendengar sebuah panggilan. Panggilan itu mengarah padaku.

“Hei, apa kau mendengarku? Hei.. yang disana. “ Seru seorang pemuda berbaju rapi berambut ala Dude 
Harlino dengan sepatu OR-nya.

Aku pun menoleh ke belakang. Astaga, ini benar terjadi. Dia memanggilku begitu lembutnya. Aaa…. Lalu ku
jawab saja ‘iya’ dan langsung menghampirinya.

“Iya, ada apa ya? Sepertinya kau memanggilku?” Tanyaku sedikit kaku.
“ Begini, apakah ini milikmu? Aku menemukannya di bangku taman tadi.
Namun, kukira tidak ada siapa – siapa, ya kupanggil saja dirimu. “ Ucapnya sambil menyodorkan buku novelku.
“Hah, ucapannya membunuh.” Ucapku dalam hati. “Iya, memang ini milikku. Terima kasih. “ Kataku sedikit 
ketus.
“Kenapa? Apakah kau marah padaku? Apa perkataanku kurang layak? Jawablah. “
“Tidak, tidak apa-apa. “
“Syukurlah. Hei, kenalkan aku Rayhan. Namamu? “ Tanyanya lagi padaku.
“Aku, aku Dara. “
“Ohh, Dara. Nice to meet you. “
“Nice to meet you too. Aku back to home dulu, ya. Sudah siang. “
“Iya, silahkan. Hmm.. rumahmu dimana?” Ia sedikit mencegah.
“Di balik bukit. Perumahan terpojok. Warna biru. “
“Ohh… kapan – kapan aku kesana ya?”
“Mau ngapain?”
“Main atau sekedar kunjungan. Boleh kan? “
“Jangan! Di rumahku ramai. “
“Jadi, gak boleh ya. Ya sudah, kita ketemu minggu depan disini lagi ya. Bye… “ Katanya tersenyum sambil melangkah pergi.   


Hhh. Memang siapa dia. Membuat janji tanpa persetujuanku. Gila.
Lebih baik aku pulang saja. Oh iya, bukuku. Jangan sampai dia balik lagi dan memberikan ini padaku. 
Huft! 



Malam tiba juga. Sunyi seperti biasa. Ramai? Aku juga ingin rumahku ramai. Habis setiap hari yang ada di 
rumah cuma Mama, Aku, dan Kak Nayla. Sepi memang. Namun, ku usahakan membuat rumah ini menjadi 
sedikit berwarna. Mungkin, besok saja kufikirkan lagi. Sekarang waktunya aku terlelap dan bermimpi agar 
esok hari bahagia. Begitulah doaku setiap malam.
Malam semua. Kututup mataku, dan siap terlelap. Klik.

Kukuruyukk…
Waw, sudah pagi. Alhamdulillah, Tuhan masih memberikan aku waktu dan nafas sehingga aku masih bisa 
bangun dari tidurku. Terima kasih Tuhan. Alhamdulillah…

Bersyukur adalah hal yang harus pertama kali dilakukan setiap kali bangun tidur. Karena, dari situlah bisa 
kita ketahui seberapa besar nikmat Tuhan yang telah Dia berikan pada kita. Berjuta – juta uang dan harta 
takkan mampu mengalahkan kuasa-Nya. Subhanallah….

Kuhirup nafas segar pagi hari. Hff…ahhh…..
Kugerak – gerakkan badan agar tidak kaku. Kulihat sekeliling rumah dan berpaling lagi.
Kudengar kakak memanggilku dari dalam. Jadi, aku masuk saja ke rumah.

“Iya, ada apa, kak. Kakak panggil aku, kan. “ Ucapku sambil duduk di meja makan.
“Iya, tadi kakak panggil kamu. Kamu bisa bantu kakak nggak? “ Tanya kakak sambil mengangkat oven. 
“Bantu apa? Hmm… tunggu sebentar ya, aku tebak. Ha! Kakak bikin kue kan? Jangan – jangan brownies 
lagi. Ya udah, aku Bantu dech. “
“Heh, bisa aja. Ya udah, jangan banyak cakap. Bantuin saja, cepat. “
“Beres, yang ini taruh mana kak? “
“Yang itu biarkan dulu di meja, biar kakak yang masukin ke oven. Sementara itu tolong kamu aduk dulu 
cokelatnya biar nggak jadi keras. “
“Oke, dech.”

3 jam lebih aku dan kakak mengaduk – aduk kue bikinan kita. Dan akhirnya tinggal nunggu aja nih 
matangnya kapan. Siip.  Sambil menunggu, lebih baik aku main keluar. Duduk di atas bukit juga asik. 
Sambil melihat pemandangan sekitar. Tapi, tunggu dulu. Sepertinya, ada sesuatu di balik semak itu. Ada apa 
ya? Tanyaku heran.

 
“Hei, siapa yang disana?” Ucapku.
“Tara! Ini aku, Rayhan. Kaget, ya. “
“Astaga, ngapain kamu disini? Kan kita ketemu di taman bukan disini. 
Kita ketemu kan minggu, bukan sekarang tau. Mendingan sekarang 
kamu balik daripada, aku panggil keluargaku di rumah. Kan sekarang 
lagi ada arisan tahu. “
“Arisan? Bukannya kalau arisan tuh biasanya hari minggu ya, kenapa hari
 senin?”
“Ihh, ini tuh gara – gara hari liburan. Jadi biar arisannya nggak ganggu sekolah. Huft. Lebih baik kamu pergi 
saja dech. Ya, aku mohon. “
“Ya, tapi kan aku jauh – jauh kesini cuma…. “ belum selesai sudah dipotong.
“ Cuma mau ganggu orang doank, kan. Ya udah kamu pulang aja. Dan kita ketemu hari minggu. Bye… “ 
Usirku dengan halus.
“Ya udah, deh. Kalo aku udah ganggu kamu. Sampai jumpa lagi ya.. “ Ujarnya pergi dan menjauh.
“Iya, hari minggu. Huft. Dasar, nggak tahu apa ya, orang lagi bingung. Dan Cuma mau sendiri. “

Hari sudah mulai panas. Arisan? Memangnya disini ada arisan? Yang ada mah, anak-anak lari dari barisan. 
Hehehe….

Kubereskan segala aktivitasku di hari ini. Rapihkan rumah, Bantu kakak, menyapa Mama, dan bersiap 
menutup senja. Membuka malam yang kelam. Angan yang ku terbangkan semoga bisa terkabul. Masuk di 
hari pertama sekolah dengan senyum yang indah dan kebahagiaan. Hadiah? Ya, sudah pasti akan kutagih 
sampai hari minggu. 

 
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
 
Dan ku lanjutkan hari selasa, rabu, kamis, jum’at, dan sabtu….
Tak terasa ya, sudah hari minggu. Besok aku masuk sekolah. Saatnya menagih janjiku. Dan…. Untuk 
pertemuan kaliku dengan Rayhan. Wah, kenapa aku jadi tidak sabar menunggu, ya? Ada apa ini?

Langkah kedua, bereskan semua dan keluar rumah. Kuhirup udara segar . Kalian pasti bertanya mengapa aku sering sekali menghirup udara pagi. Kini ku jawab. Udara pagi sudah pasti bagus untuk kesehatan. Selain itu, dengan menghirup udara pagi kurasa beban hidupku jadi terasa
ringan dan mudah untuk kulewati. Kalau kalian tidak percaya, coba saja.


Oke, pagi ini akan ku habiskan di taman . Mungkin, aku bisa bertemu dengannya disana lagi. 

Aku sudah menunggu dan duduk disini. Tak kulupa juga, novel yang waktu itu aku bawa.

Kulihat sekitarku. Masih sepi. Kutengok lagi, sama saja. Kemana dia? Apa dia marah ya, aku bentak-
bentak kemarin. Aduh, aku sih terlalu galak padanya. Dia memang sensitive.
 Ya sudah, kuputuskan untuk berkeliling sebentar. 
Tunggu dulu, aku melihat sesuatu. Kertas? Sebuah kertas 
putih di atas ranting pohon. Apakah aku ambil? Tapi, kalau ini punya orang ,bagaimana? Hmm.. fikir – fikir 
dulu. Ya udah, karna tidak ada seorangpun disana, akhirnya aku ambil saja selembar kertas itu. Dan, kreks..
 kubaca perlahan.





 
 
“Rayhan? Aku nggak nyangka kamu begitu peduli padaku. Hiks.. padahal kan kita baru kenal. Tapi, kau begitu…. Maafkan aku, Rayhan. Kemarin, aku benar2 nggak tahu diri. Sekarang kamu sudah tak ada disini, mengapa baru sekarang aku menyesal? Rayhann… “
Teriakku sambil memanggil namanya.

Dia pergi begitu cepat. Seperti angin yang berhembus pelan, menghampiri diriku, merasuk lembut, namun perlahan hilang, dan terbang kembali ke asalnya. Kenapa dia bagai angin?
Aku belum sempat bermain dengannya, mengenalnya lebih jauh. Namun, sudah terlambat.
Hanya satu yang tertinggal, hadiah. Hadiah apa ya? Kubuka perlahan.
“Haa.. apa ini? Kalung? “ Setelah kubuka, tertera nama Dara & Rayhan. Ups… so sweetnya.
Namun, apa gunanya semua ini kalau dia juga tak ada disini. Semua tinggal kenangan. 



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -THE END - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 


By : Blog4Teens

No Copas yaa... Kalo mau bisa dishare aja. :)

0 komentar:

Posting Komentar