Sifat Wara' ialah sikap seseorang dalam meninggalkan hal-hal yang membuat was-was, menghindari hal yang dapat mengotori hatinya. Meninggalkan sesuatu yang haram, dan yang syubhat. Tidak juga berlebihan dalam hal-hal yang sifatnya mubah. Semua aktivitas kita diatur oleh iman yang melekat di dalam diri kita. Ketika seorang hamba mengetahui bahwa apa yang ada didepannya termasuk perkata yang ketika dikerjakan akan membawa mudhorot bagi dirinya, maka seorang mukmin memilih untuk menjaga dirinya dari hal-hal tersebut.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
” أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ.“ رواه البخاري ومسلم.
"Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari no.52 dan Muslim no. 1599)
Pengamalan sikap wara' ini membutuhkan ilmu. Adapun seseorang yang memiliki ilmu yang lebih dalam akan mampu membuat skala prioritas kebaikan yang lebih baik daripada yang lain. Misalnya, seseorang yang meninggalkan shalat jum'at karena imamnya misalnya bid'ah, maka ketika dia tinggalkan itu bukan termasuk sikap wara'. Dengan ilmulah kita dapat menimbang mana mudharat mana maslahat.
(Narsum: Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary)
Sumber https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.htm
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Sumber https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Sumber https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Sumber https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.htm