Sabtu, 06 November 2021

Ikhtiar dalam Berdamai dengan Diri Sendiri


Assalamu'alaikum :)
Beberapa waktu lalu, saya kebetulan diizinkan oleh Allah untuk menghadiri sebuah pertemuan Muslimah (online) yang tengah membahas mengenai bagaimana caranya kita sebagai perempuan mampu berdamai dengan diri sendiri dalam tajuk besar "Generasi Kuat Lahir dari Perempuan Hebat". Disini saya hanya ingin sharing terkait apa yang telah saya dapatkan dari Teteh Novie Octaviane (Founder @healyourself.id) barangkali bisa menambah semangat dan motivasi bagi teman-teman yang membaca, khususnya bagi para Muslimah yang sedang berikhtiar dalam berdamai dengan diri sendiri saat ini.

Jika ditanya, sebenarnya kita ingin menjadi perempuan yang seperti apa sih? yang menginspirasikah? yang mandiri kah? Atau, yang mampu bermanfaat untuk umat? Boleh jadi, masing-masing dari kita punya keresahan yang berbeda. Sudahkah kita mengecek kembali tujuan/goals hidup kita? Apakah tujuan hidup kita hanya untuk diri kita sendiri atau tujuannya untuk umat? Lalu, sudah selaraskah aktivitas yang kita lakukan sehari-hari dengan tujuan hidup kita selama ini? 

Teman-teman pasti sudah punya jawabannya sendiri. Namun, pernahkah terbersit dalam pikiran, alih-alih menjadi perempuan berdaya, ternyata kita masih lebih banyak memikirkan dan mengurusi diri kita sendiri. Padahal, jika kita hanya berfokus pada keresahan diri, maka kita akan kehilangan waktu, tenaga, ide, dan mungkin juga kesempatan untuk bisa berkontribusi lebih pada tujuan besar kita yang sebenarnya.

Lantas, langkah apa yang perlu kita ambil untuk menjadi Muslimah yang hebat dalam versi terbaik diri kita? Salah satunya adalah berdamai dengan diri sendiri terlebih dahulu. Mengutip dari Teteh Novie,  ada 3 poin yang perlu dilakukan agar kita mampu berdamai dengan diri sendiri, yaitu:

1. Menerima masa lalu
   Sebelum kita berada di posisi saat ini, di hari ini, pasti kita pernah menjalankan hari-hari sebelumnya, karna diri kita ini bisa dikatakan sebagai "produk" masa lalu. "Kita" yang saat ini adalah hasil dari proses yang kita jalani di masa lalu. Mungkin, sebagian dari kita ada yang hidupnya lurus-lurus aja, tapi bisa jadi sebagian yang lain pernah mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan di masa lalu, yang ketika mengingatnya kembali mampu memunculkan trauma tersendiri. Lalu, apakah kita hanya mau menghabiskan waktu kita untuk berlarut-larut dalam meratapi masa lalu? Pastinya tidak, bukan. Hal yang bisa kita lakukan adalah mencoba untuk mulai menerima masa lalu kita apapun itu. Biarlah itu menjadi kenangan yang cukup disimpan oleh diri kita di masa sebelumnya.

2. Menerima masa kini
    Nah, apabila kita perlahan sudah mampu untuk menerima masa lalu kita, langkah selanjutnya kita beralih untuk bisa menerima diri kita di masa kini. Maksudnya bagaimana? Seringkali kita tidak menyadari jika kita mungkin sering membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal, setiap orang memiliki prosesnya masing-masing yang tentu berbeda dengan orang lain. Kalau saya boleh bilang, we have our own time. Kita punya garis hidup masing-masing. Kita tidak harus hidup dalam standar orang lain atau standar masyarakat, apalagi jika standar tersebut malah membuat kita menjadi tidak mampu menerima diri kita apa adanya. Dan, sejatinya yang perlu kita penuhi adalah standar Allah, bukan standar manusia. Percayalah, apapun kondisi dan situasi kita saat ini, kita sedang dalam perjalanan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita selama kita terus berikhtiar untuk berproses menjadi lebih baik dari diri kita di masa lalu.

3. Berprasangka baik terhadap masa depan
    Tahap ketiga, saatnya kita berprasangka baik terhadap masa depan. Meskipun kita tidak pernah tahu dan tidak dapat menerka-nerka seperti apa dan bagaimana diri kita di masa depan karena itu urusan Allah, namun kita perlu mencoba untuk meyakini dan mengimani bahwasanya rencana Allah pasti adalah yang terbaik untuk diri kita. 

Kita pasti punya harapan akan masa depan, tapi kita tidak perlu berlebihan untuk mencemaskannya, karena kehadirannya belum pasti, hanya Allah yang tahu. Jadi, hiduplah di hari ini, terimalah semua pemberian dan ketetapan-Nya. Fokus pada perkembangan diri kita, fokus pada kontribusi kita terhadap umat. Fokus pada amanah yang Allah titipkan kepada kita untuk menjadi seorang Khalifah di muka bumi ini sehingga kita tidak membuang-buang energi dan waktu kita untuk hal yang sia-sia dan kurang manfaatnya. Tanamkan fokus tersebut tanpa terantai oleh masa lalu, tanpa tercuri hatinya oleh masa depan. 

Wallahu 'alam bishawab. Jazakumullah khairan. 
Wassalamu'alaikum.




(Sumber Gambar: https://www.freepik.com/free-vector/self-care-concept_7851300.htm)

Selasa, 11 Agustus 2020

Memaknai Perjalanan Menyusun Skripsi


 Bismillahirrahmanirrahim...


Pernah dengar slogan bahwa skripsi yang baik ialah skripsi yang selesai? 

Tepat sekali. Dan, Alhamdulillah aku mampu menyelesaikannya dengan nilai akhir yang cukup membuatku menangis haru. Aku bersyukur sekali bisa lulus tepat waktu di tengah pandemi ini. Sempat berulangkali berpikir bahwa ini sulit, sepertinya akan nambah 1 semester, dan lain sebagainya pikiran-pikiran jahat bin negatif terus menghantui. Tapi, lagi-lagi aku tersadar. Percayalah pada ketetapan Allah, dan janji Allah bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan dan kemudahan. Yang mempersulit yaa diri kita dan pikiran kita sendiri hehe.

Diawali dari pemilihan judul yang membuatku harus memutar otak saking banyaknya judul di kepala yang ingin kuajukan pada dosen pembimbingku yang bak ibu peri bagiku. Karena kalau melihat senyumnya, rasanya semuanya bisa dan mungkin kulalui. Singkat cerita, di penghujung tahun 2019 aku meniatkan untuk menghadiri majelis ilmu di suatu daerah yang membahas mengenai pola hidup sehat ala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Waktu itu, aku tidak terpikirkan bahwa ini akan menjadi topik skripsi aku kedepannya hihi. Alhamdulillah, satu lagi kemudahan yang Allah tunjukkan padaku waktu itu. Meskipun aku sedikit lupa nama Ustadz yang waktu itu mengisi kajiannya, namun semoga Allah selalu melimpahi keberkahan dan kesehatan kepada beliau. Aamiin.

Enam bulan lebih rasanya aku berkutat dengan per-skripsi-an ini. Manis, asam, pahitnya perjalanan sampai ke titik akhir masih terasa denyutnya sampai saat ini. Sampai saat aku menuliskan ini, rasanya masih ada. Untuk orang yang sensitif sepertiku, sepucuk balasan senyum dan ungkapan semangat dari dosen pembimbing rasanya sangat berharga sekali. Tak jarang pipi ini selalu basah karena air mata yang tidak lagi sanggup aku bendung saking senangnya. Apalagi saat detik-detik terakhir skripsiku di akhirnya di acc untuk maju sidang, setelah dideru drama terlebih dahulu. Namun, akhirnya semua itu terlewati juga. Belum lagi, proses pengambilan data yang tidak mudah, hehe. Tidak perlu kujelaskan seperti apa. Memang akunya suka mempersulit diri. Padahal ada pilihan lain yang bisa diambil :) Akan tetapi, aku selalu percaya bahwa aku masih bisa melakukan yang terbaik selama aku mau berusaha lebih keras. Menyerah bukan prinsip hidup aku dan tidak boleh ada dalam kamus hidupku. Begitu sampai pada waktunya sidang akhir, aku hanya mengharapkan yang terbaik dari Allah. Dan, oiya. 1 jam sebelum sidang dimulai ansietas ku sempat meningkat signifikan. Tekanan darah, denyut jantung makin tidak karuan haha. Aku tahu karena aku mengeceknya sendiri sebelum sidang mulai :D. Namun, 30 menit menuju sidang online itu tidak ada yang aku lakukan, selain berdoa dan zikir sebanyak-banyaknya. Karena, cuman dengan mengingat Allah rasanya menjadi lebih tenang. Saat sidang dimulai aku juga takjub, ternyata salah satu penguji ku masih dijalan. Alhasil penguji satunya yang  memulai memulai memberikan pertanyaan terlebih dahulu. Tiba di pengujiku yang kedua, ternyata beliau lebih banyak memberikan advice yang membangun. Padahal kuyakin skripsiku banyak sekali kurang dan keterbatasannya. Aku juga telah siap mental jika sewaktu-waktu komentar negatif yang kudapatkan kala sidang. Namun, ternyata aku keliru. Justru, komentar positif dan pertanyaan-pertanyaan penguji lebih banyak yang membangun yang aku dapatkan. Terima kasih kuucapkan kepada 2 pengujiku yang sangat baik dan menginspirasi, wabilkhusus dosen pembimbingku yang tidak akan pernah kulupakan kebaikannya. Mungkin beliau tidak akan membaca ini, tapi kuharap ilmu yang kudapatkan dari beliau2 dapat aku implementasikan di masa depan. Semangat mewujudkan impian! Dan, jangan lupa selalu libatkan Allah dalam setiap perwujudan mimpi-mimpimu :) Bismillah..

Depok, 11 Agustus 2020

AN~

Minggu, 28 Juni 2020

Jika saja kamu boleh meminta sesuatu kepada Allah sebelum dunia meninggalkanmu, apa permintaan terakhirmu?


Pertanyaan yang sulit.

Sebab, dunia dan seisinya sejatinya adalah titipan Allah dan milik Allah. Tidak pantas rasanya, ketika Allah memanggilmu untuk kembali, kau masih memikirkan perihal dunia.

Namun, bagiku hanya ada satu hal pasti yang bisa kupikirkan jika kesempatan terakhir itu masih ada.

Raga ini hanya berharap kepada-Mu Ya Allah, agar selalu menjaga keluargaku, menganugerahi kebahagiaan pada wajah kedua orangtuaku. Karena seuntai senyuman yang terukir di wajah keduanya mampu menghangatkan hati ini dan membuat raga ini mampu bertahan dalam kondisi apapun. Demikian halnya, saat aku tak lagi di sisi mereka. Kumohon lindungi mereka dalam naungan-Mu Ya Allah..

Semoga siapapun yang membaca tulisan ini Allah berikan keberkahan selalu dalam hidupnya dan Allah mudahkan segala urusannya. Aamiin.

Sabtu, 27 Juni 2020

Hobi Lama Bersemi di Tengah Pandemi: Bermain dengan Alam


(Foto by google)

Mungkin hanya segelintir orang yang tertarik dengan kegiatan berkebun, khususnya buat anak muda. Pasalnya, sebagian besar hobi ini seringkali berhubungan dengan aktivitas orangtua. Mungkin karena menanam dan merawat tanaman itu tidak mudah. Butuh kesabaran ekstra dari mulai memilih benih yang baik, menyemai, menyiramnya setiap hari, memberi pupuk, hingga membasmi hama jika dianggap mengganggu keberlangsungan hidup sebuah tanaman. Namun, menurutku hobi ini adalah salah satu hobi "mahal". Bahkan, gak kalah keren kok dengan hobi menantang lainnya, seperti mendaki, berenang, atau memanah. Hanya saja, setiap orang pasti punya passionnya masing-masing. Aku, sebagai manusia biasa, gak memungkiri hal tersebut. Yang terpenting selama itu bisa membuat hidup kita menjadi produktif dan bahagia, kenapa enggak?


(Ini bunga mawar yang kufoto, pas banget mekarnya selepas hujan. Indah sekali ya)

Dari dulu memang pecinta bunga, jadi suka motret-motret bunga dengan kamera ala kadarnya. Tapi, bagus juga hasilnya haha. Sekarang karena sedang pandemi, aku pun bersyukur sekali bisa kembali menyapa alam dengan kegiatan berkebun di rumah. Meskipun dengan lahan terbatas, tetep bisa kok berkebun, tinggal se-kreatif apa kita memanfaatkan\material yg ada di rumah menjadi sesuatu yang valuable.

Oh iya, beberapa orang mungkin bingung kalau mau mulai menanam harus dari apa dulu, harus persiapin apa dulu, dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman sih, berkebun itu mudah dilakukan selama ada "niat" yang tulus ya hehe. Niat ingin merawat tanaman dengan baik. Sama halnya ketika kita memutuskan untuk memelihara hewan peliharaan misalnya, pastikan bahwa kita bisa komitmen bahwa kita bisa merawat hewan peliharaan kita dengan sebaik mungkin dan sehat. Supaya Allah juga tidak kecewa karna kita menyia-nyiakan ciptaan-Nya yang indah tersebut. Jadi, buat kalian yang mau mulai berkebun, aku ucapkan selamat ya! Karena kalian sudah satu langkah membantu menyelamatkan bumi dengan menjaga kelestariannya :) Semoga makin banyak anak-anak muda Indonesia yang kreatif dan produktif ke depannya supaya Indonesia bisa jauh lebih baik lagi. Semangat!

p.s:
Ini ada bonus bunga yang ditanam di areal pekarangan :) Gak banyak, karna belom semua mekar dan gak semua ku fotoin hehe. Yang lainnya masih on going ^^

(Ini bunga marigold kuning. Daunnya mirip dengan kenikir, tapi sebenernya berbeda)


(Ini bunga kenop, bunganya warna ungu. Kalau udh bergerombol tanamannya, bunganya banyak sekali). Bagus yah :)


(Coba liat ada yg aneh gak di gambarnya. Yah, itu si Pikachu. Hobinya manjat pohon sirsak di rumah, tapi gak bisa turun sendiri. Bisa sih cuman mau turun panik-panik cantik dulu :D. Hobi lainnya ngeliatin orang berkebun dari atas, bukannya bantuin wkwk)

(Nah, kalo ini kucing tetangga, namanya Embul. Hobinya tidur di pohon. Sama juga nih, kalo ada org berkebun dia cuma ngeliatin doang. Btw, seadem itukah tanah rasa kasur ya, mbul.)

Oke sekian cerita dariku. So sorry jika pembahasannya kemana-mana karena pure hanya ingin cerita pengalaman berkebun di tengah pandemi aja. Stay produktif ya semua! Semoga bermanfaat :) 

Selasa, 16 Juni 2020

Pertolongan Allah

Pernahkah kamu merasakan pertolongan Allah secara langsung?




Ù„َا Ø­َÙˆْÙ„َ ÙˆَÙ„َا Ù‚ُÙˆَّØ©َ Ø¥ِÙ„َّا بِاللهِ العَÙ„ِÙŠِّ العَظِÙŠْÙ…ِ

"Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."

Sebenarnya, pertolongan Allah itu sangat dekat kepada kita. Hanya saja, terkadang kita yang terlalu abai dan mungkin kehilangan kepekaan untuk sekadar menyadarinya. Mari sedikit mengulas ke belakang. Pernah suatu waktu aku dirundung kegelisahan karena ada suatu hal "urgent" yang membuatku pontang panting kesana kemari mencari sesuatu. Dan, tahukah kamu hal apa yang kucari? Ya, itu hanya sebuah tali rafia putih. Jika kalian berpikir, apa istimewanya? Menurutku, memori kala itu begitu membekas di kehidupanku.

Ketika itu, aku masih disibukkan dengan hari-hari pertama orientasi kampus. Alhamdulillah setelah pengumuman kelulusan dan aku akhirnya diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di negeri ini. Senang, bahagia, dan cemas bercampur padu menjadi satu. Mengapa aku cemas? Karena, yang kutahu saat itu bahwa dunia kampus itu keras dan yang kupikirkan hanyalah "Bagaimana aku bisa survive disana", "Gimana ya nanti kalau gini gini gini,", dan sebagainya. Belum kuliah sudah overthinking duluan :D/ Maklum kan masih awam.

Sekarang kita kembali kepada tali rafia tadi. Benda ini menjadi salah satu benda wajib yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa baru kala masa orientasi di fakultasku. Tali rafia putih ini digunakan sebagai pelengkap atribut para maba. Hanya saja, malam hari menjelang ospek fakultas, aku lupa bahwa tali rafia putih belum ada di dalam ransel kecilku. Masih teringat, waktu itu sekitar pukul 21.00 malam hari. Akhirnya, aku langsung tancap gas keluar rumah buat nyari si tali rafia putih itu. Dan, harus warna putih. Aku yang notabenenya orang nekatan, mau gak mau harus kesana kemari, pokoknya gamau tahu tali rafianya harus ketemu. Sepanjang jalan, aku hanya membasahi lidahku dengan dzikir dan doa manakala setelah beberapa tempat ku kunjungi aku bisa mendapatkan tali itu. Namun, tahukah kalian ternyata dari banyak tempat yang kutanya tidak satupun yang menjualnya. Apakah itu membuatku menyerah? Oh, Tentu Tidak.

Aku bukan orang yang mudah menyerah begitu saja. Meskipun jam mungkin sudah menunjukkan jam 10 lewat, aku tetap optimis bahwa aku bisa menemukan tali rafia putih itu, walaupun sesekali aku merutuki kenapa harus warna putih sih talinya, kan sulit nyarinya huhuh. Tapi, mengeluh bukan langkah yang tepat saat itu. Doa dalam hati dan berharap Allah membantu aku ternyata membuahkan hasil. Entah kenapa, setelah muter-muter ke berbagai tempat di Depok (Gila emang aku, bisa-bisanya ada yang kelewat gak kebeli, sampe harus segininya hanya demi rafia). Untung saja tidak ada orang jahat di jalan, Alhamdulillah Allah masih melindungiku. Akhirnya, si tali rafia itu bisa kutemukan di salah satu toko kecil di daerahku. Mau nangis dan sujud syukur rasanya. Oke mungkin bisa dibilang lebay. Tapi, ini karena aku sudah berkali-kali mencoba mencari tempat yang menjual, namun nihil tidak satupun tersedia. 

Dan, tiba-tiba disaat rasanya sudah mau pulang saja, justru Allah menunjukkan pertolongannya saat itu juga. Kalau aku orang yang pesimis, mungkin aku gak akan senekat itu mengitari Depok di kegelapan malam hanya untuk mencari rafia (kurang kerjaan banget wkwk). Tapi, dari sinilah aku selalu terharu dengan pertolongan Allah. Allah itu Maha Baik dan selalu memberikan yang Terbaik. Aku selalu percaya bahwa usaha manusia pasti tidak ada yang sia-sia. Seberat apapun itu kondisi kita, percayalah Allah tidak tidur. Allah pasti akan mendengar doa-doa hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya dikala sempit maupun lapang. Percaya saja, pertolongan Allah itu pasti. Semangat ya, kamu pasti bisa melewatinya :) 

Rabu, 18 Desember 2019

Inspire Your Day: Usungan Jenazah Fatimah Az-Zahra




Bismillahirrahmanirrahim..

Diriwayatkan dari Asma binti Umais, Fatimah berkata kepada Asma, "Sungguh aku memandang buruk apa yang dilakukan para wanita yang meletakkan kain di atas wanita yang meninggal dan memperlihatkannya kepada orang-orang."

Asma membalas, "Wahai putri Rasulullah Saw., maukah ku perlihatkan kepadamu sesuatu yang kulihat di negeri Habasyah?" Asma lalu meminta pelepah kurma yang basah dan membentuknya sedemikian indah. Ia meletakkan kain di atasnya.

Fatimah berkata, "Alangkah bagusnya ini, seorang wanita tidak akan terlihat oleh laki-laki." Dalam riwayat lain Abu Abdillah (Imam Ja'far Shadiq) berkata, "Usungan jenazah pertama yang dibuat dalam Islam adalah usungan jenazah Fatimah. Beliau mengeluh menjelang wafatnya seraya berkata kepada Asma, 'Sungguh, aku sangat kurus dan dagingku hampir-hampir hilang. Bisakah engkau membuatkan sesuatu untukku yang bisa menutupiku?"

Asma menjawab, "Saat aku berada di negeri Habasyah, aku melihat mereka membuat sesuatu untuk itu. Bolehkah aku membuatkannya untukmu? Jika itu membuatmu senang, aku akan membuatkan itu untukmu."

Fatimah menyetujuinya, "Ya."

Setelah itu, Asma meminta usungan jenazah dan menelungkupkannya. Ia meminta pelepah kurma dan mengikatkannya di atas penyanggah-penyanggahnya. Ia lalu membentangkan kain di atasnya.

"Demikianlah, aku melihat mereka melakukan seperti ini," kata Asma.

Fatimah menanggapi, "Buatkanlah untukku! Tutupilah aku! Semoga Allah Swt. menutupimu dari api neraka," Ujar Asma.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Semoga kita semua khususnya para muslimah dapat mencontoh dan meneladani sifat-sifat Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Doakan penulis supaya bisa bertemu dengan beliau di tempat Allah nanti ya 😭😭 Aamiin...


Referensi:
Setyaningrum, S. (2019). Fatimah Az-Zahra: Si Penyabar yang Menjadi Penghuni Surga Pertama. Yogyakarta: Risalah Zaman.

Senin, 16 Desember 2019

Tentang Dirimu




Kembali.

Melukiskan kisah dalam untaian kata.

Menggores jejak tanpa harus memaksa dunia melihat semua liku lakumu.

Menuangkan pikiran yang tidak mampu terucap.



Terkadang kita butuh ruang untuk meredam peluh.

Terkadang kita butuh sejenak melepas duka yang tidak kunjung mereda.

Bukan berusaha tuk menghindar,

Hanya saja ada kala kau juga tidak harus mengkhawatirkan banyak hal.

Karna yang menjadi pemeran utama adalah dirimu.

Bukan mereka.

Ini tentang dirimu. 

Bukan tentang mereka.

Tak perlu alasan mengapa hidupmu itu jauh lebih berharga :)


(Coretan Pena #1 - Little Saurus)